Optimalisasi otak kanan

By
Advertisement
Pendidikan-frasa ini mengindikasikan sebuah kemajuan atau bahkan kemunduran  suatu bangsa. Dalam aspek apapun pendidikan memainkan perannya dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. SDM yang berkualitas diyakini sebagai kekuatan besar dalam mendongkrak kemajuan suatu bangsa. Kualitas pendidikan suatu bangsa dinilai berbanding lurus dengan kualitas SDM nya. Lalu, bagaimana dengan kualitas pendidikan indonesia ? Seberapa jauh berkomitmen untuk memajukan bangsa ?

Pendidikan yang carut marut dan hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual adalah sebuah anomali akan keberadaan bangsa yang dinilai memiliki kekayaan nilai agama dan budaya. Tak ayal pendidikan ini dalam standar kelas atas menghasilkan manusia berotak teori namun bernaluri materi yang hanya piawai mengobral janji tanpa bukti. Dalam standar kelas bawah gaya pendidikan ini menghasilkan manusia bermental pegawai yang tak berani bermimpi besar dan hanya berpikir untuk selalu menengadah gaji. Bahkan mentalitas pegawai ini telah merasuk ke dalam setiap lapisan  masyarakat mulai dari pejabat yang hanya menggantungkan hidup dari kursi jabatan yang diembannya sampai pada anak SMA yang setelah lulus hanya berkeinginan menjadi buruh pabrik di kota besar. Fenomena ini adalah fenomena mental pegawai dimana melimpahnya kekayaan indonesia dari daratan sampai lautan tak menggerakan hati mereka untuk mengolah dan mengelolanya. Sehingga negeri yang dianugerahi sebutan zamrud khatulistiwa ini tenggelam dalam problema ketergantungan impor dari bangsa lain.

Jika ditahun 2015 indonesia ditengarai menghadapi MEA (masyarakat ekonomi asean) maka pendidikan indonesia harus berpacu dengan waktu untuk bisa menghasilkan manusia bermental wirausaha yang mampu menunjang bangsa ini ke arah kemandirian ekonomi. Generasi muda wirausaha adalah suatu potensi yang dalam skala luas diharapkan mampu menjadikan bangsa ini sebagai kekuatan utama dalam MEA mengingat dari segi wilayah, populasi, dan GDP indonesia menempati posisi terbesar & tertinggi. Meskipun demikian Indonesia harus bersiap-siap jika hal tersebut malah menjadi batu hambatan yang membuat bangsa ini malah  tersisih menjadi penonton bukan pelaku dalam percaturan perdagangan bebas MEA. Peranan pengusaha sebagai pelaku MEA diharapkan mampu bersaing dengan pengusaha asing dalam upaya menghalau membludaknya arus barang & jasa serta tenaga kerja asing yang masuk ke indonesia. Selain itu peranan pengusaha diharapkan mampu membuka lapangan pekerjaan dan mengembangkan produktivitas masyarakat sendiri yang notabene kompetensi tenaga kerjanya masih rendah dan tingkat penganggurannya masih membludak. 

Begitu mendesaknya kebutuhan indonesia akan keberadaan wirausaha harus di upayakan dengan agenda menghilangkan mental pegawai yang kerap kali merangsek dalam diri masyarakat indonesia. Mentalitas pegawai ini dibuktikan dengan rendahnya partisipasi masyarakat yang menggeluti dunia wirausaha. Dari total populasi bangsa ini, hanya sampai kisaran 0,18 % yang berprofesi sebagai wirausaha sedangkan negeri malaysia dan singapura telah menginjak angka di atas 3 % meskipun dari segi wilayah dan jumlah penduduk ke dua negeri tersebut jauh lebih kecil di banding indonesia. Jika dilihat dari segi kualitas, daya kompetisi ekonomi indonesia masih tergolong rendah. Dalam laporan World Economic Forum (WEF) tahun 2000, daya kompetisi ekonomi Indonesia berada pada peringkat 44; sedangkan  Singapura, Malaysia, Republik Korea, Thailand, dan Filipina masing-masing berada pada peringkat 2, 25, 29,31 dan 37.

Mentalitas pegawai adalah fenomena yang tak mengherankan mengingat gaya pendidikan indonesia yang hanya berorientasi pada kemampuan otak kiri.. Kak Seto_ Ikon pendidikan anak negeri ini, pernah mengatakan pengunaan otak kanan sering kali dilalaikan dan diabaikan dalam dunia pendidikan indonesia. Barang kali perlu dicermati bahwa pendidikan konvesional dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi selalu dan terlalu banyak mencerdaskan otak kiri. Kecenderungan untuk hanya mengoptimalkan otak kiri tanpa melibatkan otak kanan adalah kesalahan pertama yang membuat bangsa ini bermental pegawai. 

Kreatif, intuitif, imajinatif, & holistik adalah elemen kecerdasan otak kanan yang sangat dibutuhkan dalam menjalankan ketidakpastian dunia bisnis yang dihadapi oleh pengusaha. Pengusaha yang sukses diyakini sebagai orang-orang yang mampu mengoptimalkan otak kanannya tanpa mengabaikan otak kiri. Fakta menunjukkan bahwa 88,8% kesuksesan dan kemenangan ditentukan oleh otak kanan (Robiah Awamy, 2012). Lalu yang menjadi pertanyaan adalah akan dibawa kemana pendidikan yang hanya berorientasi pada otak kiri sementara fakta menunjukan tidak ada kesuksesan tanpa melibatkan otak kanan ?

Pendidikan yang hanya berorientasi pada otak kiri dan berfokus pada kecerdasan intelektual tidak akan membuat bangsa ini mencapai kemandirian ekonomi dan secara tidak langsung menghambat berkembangnya generasi muda bermental wirausaha. Jika indonesia benar-benar berkomitmen untuk tidak bergantung pada bangsa lain maka sudah saatnya pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia ‘’bermental wirausaha’’. Mental wirausaha dapat dibangun dan dikembangkan melalui pengoptimalan otak kanan dan pengembangan kecerdasan IQ, EQ dan SQ secara integral. Tentunya pendidikan yang dibutuhkan tidak hanya berhenti pada pendidikan skolastik dan profesi namun juga  melibatkan pendidikan yang disebut oleh Robert Kiyosaki sebagai pendidikan finansial yang mengarahkan manusia untuk tidak‘’ bekerja untuk uang’’ namun sebaliknya ‘’ uanglah yang bekerja untuk mereka’’.  
Biodata Penulis. 

Penulis bernama Rina Anggraeni yang merupakan mahasiswa tingkat 2 jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Universitas Pendidikan Indonesia. Penulis merupakan mahasiswa UPI yang berasal dari ciamis. Penulis bisa dihubungi melalui no HP : 089502010834 dan 082318112455 atau melalui email: anggraenirina540@yahoo.com
Sumber Referensi Esai:

Wispandono, M. Penciptaan  entrepreneur kompetitif melalui pengoptimalan otak kanan- studi kasus pada mahasiswa UTM . [Online]. Diakses dari: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=116651&val=5316
Kuntadi, E. Peranan pengusaha daerah dalam menghadapi MEA 2015. [Online]. Diakses dari: http://www.bsn.go.id/uploads/download/Peranan_Pengusaha_Daerah_dlm_MEA_Eddy_kuntadi1.pdf
Santosa, I.(2007). 10 jurus terlarang. Jakarta: PT Elex Media Komputindo 


0 comments:

Post a Comment